Rumah Sehat Asri |
Mestinya, setiap orang punya ‘gambar arsitek’ sendiri di kepalanya masing-masing. Gambar ini berbentuk sebuah rumah impian yang akan diwujudkan bila suatu hari kelakmembangun rumah. Bagaimanapun bentuk gambar tersebut, pastilah setiap orang menginginkan rumah yang apik, indah dipandang, nyaman dihuni, dan membuat penghuninya betah. Apik, rapi, bersih, indah, dan nyaman, sebenarnya sebagian saja kriteria umum rumah sehat. Kalau mau dikulik-kulik, ada cukup banyak syarat yang harus dipenuhi agar sebuah rumah bisa disebut sehat. Syukur-syukur Anda bisa menerapkannya pada rumah impian Anda. Yang penting perhatikan saja beberapa prinsip dasarnya.
Rumah sehat seperti apa?
Menurut Imelda Akmal, dalam bukunya Rumah Mungil yang Sehat, rumah sehat bisa ditinjau dari dua kategori, sehat fisiologis dan secara psikologis.
Secara fisik, rumah harus bisa memberi perlindungan dari panas, hujan, dan gangguan cuaca lainnya. Karena berfungsi memberi perlindungan, temu saja rumah harus kuat, bahan bangunannya aman dan berkualitas. Kini, seiring' berkembangnya teknologi pembangunan rumah dan kesadaran akan bahaya bahan atau zat kimia yang terdapat pada material rumah, sudah semakin banyak bahan-bahan yang tidak lagi dianjurkan sebagai bahan bangunan. Asbes atau cat rumah tak ramah lingkungan dan membahayakan kesehatan pelan-pelan makin kehilangan peminat. Begitu juga dengan bahan-bahan yang mudah terbakar. Iya lah, kalau ada bahan yang lebih bersahabat, untuk apa mempertaruhkan kesehatan Anda dengan bahan-bahan berbahaya bukan?
Sementara menurut Ir. Warsoadhi Dhonomi-joyo, konsultan di sebuah biro arsitek di Bandung, di negara tropis seperti Indonesia, tugas rumah sebagai pelindung terhadap iklim sebetulnya tak seberat ‘tugas’ rumah di negara-negara dengan empat musim. Di sana, bangunan harus kokoh menahan serangan dingin atau badai saat musim salju. Di Indonesia, cukuplah bila rumah Anda bisa melindungi dari terpaan hujan dan terik matahari. Bahkan, keuntungan cuaca pada iklim tropis harus dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk kepentingan penghuni suatu rumah. Misalnya, memanfaatkan sinar matahari sepanjang tahun sebagai sistem pencahayaan siang hari di dalam rumah. Atau memanfaatkan semilir angin pada pengaturan ventilasi.
Dengan demikian, bukan saja rumah Anda lebih sehat berkat pencahayaan dan sirkulasi udara yang baik, tapi Anda pun bisa menghemat energi listrik. Efisiensi penggunaan energi dan penggunaan bahan-bahan yang ramah lingkungan kini memang sudah umum dijadikan kriteria penting untuk mewujudkan rumah sehat dan nyaman.
Begitu juga dengan keuntungan tumbuhan tropis yang tak terganggu dengan pergantian musim. Mereka bisa leluasa menghijaukan suasana rumah Anda. Rumah tentunya akan makin sehat dengan hadirnya taman atau jalur hijau di sekelilingnya. Dengan lahan semepet apapun, sebaiknya Anda menyisakan sedikit area untuk membuat suasana rumah tetap hijau dan asri.
Lebih lanjut, rumah sehat sebenarnya tak bisa berdiri sendiri. “Ia juga sebaiknya berada di lingkungan yang sehat,” kata Warsoadhi. Meski Anda sudah sebisa mungkin membangun rumah dengan kriteria yang mendekati bangunan sehat, ada kalanya lingkungan Anda kurang mendukung. Misalnya, tak ada taman kompleks, saluran air mampet, atau di kanan/kiri Anda terdapat rumah yang punya usaha bengkel motor. Polusi suara, bahan-bahan pelumas yang kotor, dan tidak tertatanya sistem pembuangan limbah kerja bisa turut mempengaruhi keadaan sekitarnya termasuk rumah Anda. Belum lagi risiko adanya benda-benda yang mudah terbakar di sekeliling rumah Anda.
Ini memang contoh ekstrim saja. Tapi bukan tak mungkin terjadi pada Anda. Amannya, lingkungan rumah memang sebaiknya tidak menjadi tempat usaha apalagi yang sifatnya menciptakan polusi seperti bengkel, tempat cuci mobil, usaha mebel, peternakan, atau percetakan serta penyablonan. Bicarakan hal-hal macam ini dengan pamong praja atau petugas kemasyarakatan setempat untuk mencari win-win solution. Demi kenyamanan dan kesehatan bersama, lho.
Selain sehat secara fisik. Rumah juga sebaiknya memiliki kriteria menyehatkan penghuninya dari segi mental.
Membuat penghuninya nyaman
Selain sehat secara fisik. Rumah juga sebaiknya memiliki kriteria menyehatkan penghuninya dari segi mental. Menurut Roslina Vcrauli, M.Psi., psikolog dari Empati Development Center, rumah yang sehat sebaiknya tingkat kebisingannya juga rendah. Tempat yang sangat bising, seperti di tepi rel kereta api, berdekatan dengan pabrik, pasar, atau tempat yang sangat berhimpit-himpitan dengan tetangga, sebenarnya bukan yang disarankan sebagai tempat tinggal. “Memang, sekarang lokasi macam itu semakin banyak dijadikan tempat tinggal. Penghuninya mungkin terbiasa dengan suasana bising. Tetapi berdasarkan penelitian, mereka sebenarnya rendah toleransinya terhadap stres,” ucap psikolog yang kerap dipanggil Vera ini. Dengan kala lain, mereka lebih mudah 'meledak’ bila menemui suatu kejadian yang membuat mereka stres.
Secara psikologis, lanjut Vera, tiap orang sebenarnya juga mesti memiliki keleluasaan gerak. Itu sebabnya, ada ukuran minimal yang dibutuhkan oleh setiap orang. Di negara-negara maju, ruang gerak seseorang dibuat lebih longgar. Di negara kita masih sulit diterapkan. Mengingat banyak sekali rumah yang didiami secara keroyokan oleh beberapa keluarga. Karena itu sangat disarankan memiliki ruang gerak atau ruang yang memberi privasi bagi setiap penghuni rumah. Ini juga untuk menghindarkan seseorang dari situasi yang menimbulkan stres.
Susana berantakan yang tak sedap dilihat lalu membuat stres atau sebaliknya mungkin merupakan timbal balik yang kurang menguntungkan bagi Anda.
Penataan rumah, cahaya, dan warna ternyata juga bukan urusan estetika ruangan saja. Secara psikologis, ruangan yang rapi, tertata apik, bersih, dan sedap dipandang sebenarnya juga merupakan cermin kesehatan mental sesorang. “Ada memang orang yang nyaman-nyaman saja di suasana berantakan. Padahal, menurut penelitian, saat seseorang sedang bahagia atau pikirannya tidak stres, dengan sendirinya ia akan senang pada suasana rapi, bersih, dan indah. Perhatikan meja kerja Anda. Kalau sedang hectic, meja biasanya ikut berantakan. Sebaliknya, begitu suasana tenang, Anda ingin beres-beres ‘kan? Nah, begitu juga yang terjadi pada penataan rumah,” jelas Vera. Susana berantakan yang tak sedap dilihat lalu membuat stres atau sebaliknya mungkin merupakan timbal balik yang kurang menguntungkan bagi Anda.
Perhatikan pula urusan pencahayaan dan warna. Pencahayaan yang minim bisa membuat seseorang kurang bersemangat atau kurang termotivasi. Sebaliknya, terlalu terang juga membuat orang lelah dan serasa kehabisan enerji. Begitu pula dengan penataan warna. Ada trik-trik khusus agar warna-warna ruangan di rumah Anda memberi efek psikologis yang lepat bagi enghuninya.
Segala upaya menciptakan rumah sedekat mungkin dengan kriteria rumah sehat dan nyaman tentu dimaksudkan untuk membuat penghuninya betah, nyaman, sehat dan aman dalam rumahnya sendiri. Memang demikianlah fungsi sebuah rumah bukan?
selain itu semua, hal yamg bisa Anda lakukan untuk menghias ruangan dan rumah anda yaitu dengan menginstall wallpaper pada dinding Anda. rekomendasi toko untuk mencari wallpaper kunjungi www.DekorsiWallpaper.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar